"Do You Have Anyone who Sacrifices for You?" I Said No, But...

by 7:51 AM 5 komentar



Tadi, secara tiba-tiba, sepupu tanya, "Do you have anyone who wants to sacrifice for you?"


"Anyone" yang dia maksud adalah teman.


Sempat terdiam lama. Berpikir panjang. Dan, ketika jawaban ditemukan, rasanya susah sekali untuk dilontarkan... because it was a no. "I don't think I have one," jawab saya, khawatir.

But I do have friends. Good friends. And I'm so glad to find them. They help me a lot, all the time, however, saying that they can "sacrifice" for me like his theory is too far. (I never forget their kindness, though.)

In my opinion, sacrificing is a really big thing.

Lalu, dia mengingatkan kepada saya bahwa betapa saya butuh those (or, at least, one) who want to sacrifice for me because he sees me, like, alone. Like, I don't have any relation.

But I do.

I just don't really share those kind of things to people.

But he still thinks that I need someone who can sacrifice for me due to something that I can't share here, "Because you can't depend on your parents, they don't last forever," tambahnya.

Yes, I see. Saya mengangguk. Dalam hati bergumam, "But we also can't depend on our friends who can sacrifice for us. They are just people. They don't last forever, as well."

Truth to be told, in my life, I rarely ask for a help. Bahkan kepada orangtua (we have good relationship, though). Semampu saya, saya selalu berusaha mengerjakan segalanya sendiri. Jikalau pun butuh bantuan, saya berusaha untuk tidak terlalu merepotkan mereka karena saya selalu merasa sungkan untuk meminta tolong. Berlaku pada keluarga maupun teman.

Namun, pertanyaan sepupu saya membuat saya berpikir panjang sekali. Sedih juga melihat kenyataan saya tidak memiliki someone who wants to sacrifice itu. But I kept saying that I have family, and even though I have my own "life" at home, I can still share everything to them. Or can it be my wife, later? Or...

I don't know...

Pikiran saya berkelumit saat itu.

Out of the blue, it was like the very fresh air came into my lung.

Pemikiran-pemikiran yang membuat saya sedih itu hanya berlangsung beberapa menit, mereda, karena, kemudian, saya ingat: Saya punya Allah.


Allah yang mengatur segalanya.

Segala benda di langit, pergantian siang-malam, pergerakan planet-planet di orbitnya agar tidak saling bertabrakan, sistem dalam tubuh manusia yang kompleks--itu semua Allah yang atur. (Tidak mungkin, kan, benda-benda langit itu bekerja sendiri. Bahkan mesin canggih di dunia ini pun butuh pencipta; manusia. Dan, menyalakannya pun, butuh manusia untuk menekan tombol on. Masa hal rumit seperti yang disebutkan tadi dapat bekerja sendiri.)

Pun manusia.

Manusia milik Allah.

Tentang apa yang akan terjadi, kita bahkan tidak tahu.

Tentang siapa yang akan menolongmu, whether it's a small thing or a big thing, itu kehendak Allah.

Relying on people won't help anything. However, being nice to everyone is a must. Having friends is also a must because we can't live alone. The thing is: kita nggak bisa mengharapkan/bergantung pada manusia yang nyatanya sacrifice for us. They don't last forever, too.

Kita hanya bisa bergantung kepada Allah. Cukup bergantung kepada Allah, dan tinggal menunggu bagaimana Allah membantu kita. Manusia adalah sarana, but we need to say thanks sincerely and stay nice juga.

Jadi, saya setir prinsip saya: it's not looking for people, it's about keeping those as your friends and being nice to everyone, tidak mengharap kembalian yang setara. Masalah bergantung hanya kepada Allah.

Perbicangan belum benar-benar berakhir antara saya dan sepupu.

Kami naik tangga. Saat saya hendak masuk kamar, dia bilang, "You need to give no matter how small it is, so you can receive." What goes around comes around, begitu maksud dia, itu intinya dia sedari tadi.

Oh. Okay. He said "sacrifice" like it was a big thing...
Saya bilang, "Kalau gitu, then I did. I do. But, still, thank you for telling me this."

Saya sungguh-sungguh berterima kasih karena bila dia tidak bertanya demikian, saya tidak akan berpikiran sejauh ini.
Dia duduk di ruang tengah, bersiap nonton Running Man. 

Saya masuk ke kamar, menutup pintu dan tersenyum. Dalam hati bersyukur, "Alhamdulillah. Terima kasih, ya Allah, sudah mengingatkan hamba mengenai ini."
Saya tidak perlu sedih dan takut lagi.

Lalu, saya berkata kepada diri sendiri, "Yang harus saya lakukan adalah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi hamba yang sacrifice kepada Allah."


*kemudian teringat betapa banyak hal yang perlu diperbaiki lagi dalam diri ini*

-Alvi-

sumber gambar: devianart.com

Alvi Syahrin

Developer

A dream-oriented person since 1992. Telah menerbitkan dua novel: Dilema; Tiga Cerita untuk Satu Rasa dan Swiss; Little Snow in Zurich. Tak lama lagi, novel ketiganya, yang berjudul "I Love You; I Just Can't Tell You" akan terbit. Saat ini, selain merampungkan novel keempat, dia juga sedang mempersiapkan proyek-proyek untuk masa depan. Dan, satu hal yang selalu dia genggam erat dalam hidup ini: Akan ada sesuatu yang lebih baik dari sebuah kegagalan. Allah selalu tahu mana yang terbaik. Lagi pula, hidup tak melulu di dunia. Kau bisa menyapanya lewat Twitter, Instagram, dan ask.fm: AlviSyhrn.

5 comments:

  1. seringkali kita malah melupakan yang menciptakan daripada yang ada di dunia ya, Vi..

    ReplyDelete
  2. lama sekali saya gak main ke sini.... pa kabar, Al? :)

    ReplyDelete
  3. @Ratri Sad, but true. :(

    @Amerul Alhamdulillah, aku baik-baik saja. Sedihnya cuma beberapa menit. :p

    ReplyDelete
  4. kunjungan perdana, suka dengan isinya.

    ReplyDelete
  5. Assalamualaikum ka Alvi, perkenalkan Saya Azi ,yg baru tahu tentang blog ini penuh dg inspirasi, walaupun saya baru baca post ini doang. Jangan tanyakan dr mana saya tahu blog ini, jujur saya lupa dari mananya. Yang pasti saya tahu dari Mbah google waktu jalan2 malam kmrin.. hehe
    Saya langsung suka dengan blog ini apalgi tentang curhatan kakak yang penuh makna tersirat. Ditambah dengan penggunaan bahasa inggris kakak yg bagus, klu bisa post sesuatu ttg belajar bahasa inggris dong ka..
    Dan saya baru tahu kak ternyata seorang penulis juga. Say senang mendengarnya :-)

    Mudah2n kehadiran saya disini tidak mengganggu.
    Maaf klu to the point bgt..

    ReplyDelete