BTS #2: Dilema

by 9:22 AM 11 komentar
Ini juga postingan yang saya tulis jauh sebelum novel Dilema terbit. Postingan ini saya tulis ketika saya merasa down karena saya selalu tidak puas dengan naskah Dilema. Dan, teman-teman yang menulis novel juga pasti merasa down di pertengahan proses menulis.

***

Memulai selalu susah. Terlebih lagi kalau kita adalah seseorang yang perfectionist. Mungkin, kita semua pernah menghapus draf-draf yang sudah kita tulis hanya karena kurang sreg.

Baiklah, lupakan masalah itu dulu.

Jadi, saya menulis naskah Our Home (read: Dilema) ini pertama kali ketika masih KKN di Jombang, bulan Februari kemarin. Sudah tiga bulan, ya. Harusnya novel ini sudah selesai. Tapi kamu tahu sekarang saya sedang menuliskan bab berapa? Masih bab enam, dari sekian bab. Lama sekali, ya?

Tidak, saya sama sekali tidak bermalas-malasan. Perasaan saya selalu menggebu-gebu. Tapi ketika saya telah mencapai bab tujuh, pertengahan Maret lalu, seorang teman berkomentar 'terlalu cepat alurnya'. Mulanya, saya hanya ingin menyimpan komentar-komentar dulu, untuk diedit belakangan saja. Tapi tangan saya selalu gatal untuk mengedit. Saya tidak bisa membiarkan tulisan saya jadinya begitu saja.

Akhirnya, pertengahan Maret kemarin, saya memutuskan untuk mengeditnya. Setelah mengedit, saya merasa, kok kurang pas, ya?

Prinsip saya:
Menulislah apa yang kamu suka, karena itulah yang pembaca akan suka.

Jadi, saya benar-benar mulai dari nol Maret kemarin. Iya, benar-benar dari nol. Saya tulis plotnya ulang supaya lebih jelas dan logis, dan tidak terlalu cepat. Saya tidak perlu menulis ulang biodata tokoh, karena saya sudah sangat mengenal mereka dengan baik. Tapi saya harus menghapus salah satu tokoh karena saya anggap hanya keluar selintas, lalu hilang begitu saja sejak pertengahan sampai ending. Dan, ini cukup berpengaruh dengan plot cerita.

Penghujung Maret, saya menulis ulang. Tapi, memulai itu selalu susah.

Tulis kalimat pertama, hapus. Tulis lagi, hapus lagi. Terkadang, saya benci sifat
perfectionist ini dalam diri saya.

Tapi, ini bukan berarti mundur, kan? Saya benar-benar menggali pikiran saya, lalu menuangkan tulisan melalui hati. Hasilnya?

Semua berubah.

Benar-benar berubah drastis.

Dan, saya jauh lebih suka versi revisi ini. Menurut saya, ini lebih real dan natural. Menurut saya, lho, ya.

Sekarang, sudah pertengahan April, harusnya saya sudah mencapai bab belasan. Tapi, tugas, proyek PKL, dan sikap
perfectionist itu tidak mengizinkan saya untuk berjalan sejauh itu. Saat ini, saya masih stuck di bab enam.

Tidak buntu, sih. Hanya ini masalah waktu. Belum ada waktu untuk menulis, tapi malam ini bab ini harus selesai! Tinggal satu adegan lagi, kok.

Bukan hanya masalah waktu, tapi sifat
perfectionist itu. Dalam menulis naskah ini, saya sering hapus-ulang-hapus-ulang. Saya akan benar-benar lanjut menulis adegan berikutnya jika saya benar-benar srek dengan apa yang saya tulis sebelumnya. Jika tidak, tak ada mood untuk melanjutkan.

Tapi, saya juga harus bersyukur sama sifat ini. Setidaknya, dengan ke-
perfectionist-an ini, saya jadi tidak perlu banyak mengedit di akhir nanti tulisan nanti. Tulis-hapus-tulis-hapus itu tidak masalah, yang penting menghasilkan.

Anyway, the real writing is re-writing.

***

Ya, jadi, novel Dilema yang kamu baca sekarang sangat jauh berbeda dengan yang saya tulis kali pertama dulu. Saya berkali-kali tulis-hapus-tulis-hapus, dan Alhamdulillah saya bisa menyelesaikannya, dan ini jadi lebih layak untuk kamu baca.



Alvi Syahrin

Developer

A dream-oriented person since 1992. Telah menerbitkan dua novel: Dilema; Tiga Cerita untuk Satu Rasa dan Swiss; Little Snow in Zurich. Tak lama lagi, novel ketiganya, yang berjudul "I Love You; I Just Can't Tell You" akan terbit. Saat ini, selain merampungkan novel keempat, dia juga sedang mempersiapkan proyek-proyek untuk masa depan. Dan, satu hal yang selalu dia genggam erat dalam hidup ini: Akan ada sesuatu yang lebih baik dari sebuah kegagalan. Allah selalu tahu mana yang terbaik. Lagi pula, hidup tak melulu di dunia. Kau bisa menyapanya lewat Twitter, Instagram, dan ask.fm: AlviSyhrn.

11 comments:

  1. halo bang alvin..salam kenal ya :)
    pertama kalinya saya berkunjung kesini..uhm..
    membaca tulisan ini, bisa jadi super booster dadakan untuk saya..krn saya juga sedang proses mengejar mimpi untuk bisa membuat satu novel..
    terima kasih ya,tulisan memotivasi sekali..khususnya saya..

    dalam menulis, selain waktu dan ide..konsisten juga merupakan syarat mutlak untuk bisa sampai diakhir cerita :)

    eniwei, saya suka kutipan terakhirnya :)

    ReplyDelete
  2. manusia nggak akan pernah puas dan selalu menginginkan sesuatu yang sempurna. Itulah sifat alami manusia. Wajar lah . . .

    ReplyDelete
  3. Satu kutipan "Writing is re-writing" aku setuju bang :) Dan yang aku suka juga, writing is what your feeling says ^_^

    ReplyDelete
  4. @Intan Senang sekali postingan ini bisa jadi mood booster buat kamu. Tulis 'diary of your novel' juga dong, biar makin semangat. :)

    @Ocha Betul! Tapi sebagai makhluk berakal, kita harus kasih batasan. Nggak boleh dong kita terus2an nggak puas. Biar kita bisa menikmati hasilnya.

    @Basith ;)

    ReplyDelete
  5. Wajar sih kalo masalah tulis-hapus-tulis-hapus. Manusia emang kodratnya ingin tampil sempurna di depan orang lain. hehe :)

    ReplyDelete
  6. iya, pernah baca quotes sih dari salah seorang penulis,
    "tulislah apa yang kamu suka bukan pembaca suka"
    waktu itu gak ngerti tapi lama - kelamaan ngerti. karena kita gak bakal bisa muasin banyak orang (baca: pembaca), yang kita bisa lakukan hanya muasin diri kita sendiri dulu. bagaimana mungkin orang bisa mencintai sesuatu yang bahkan si penciptanya gak suka dengan hal itu. :))

    ReplyDelete
  7. ayoo kak, semangat untuk ngelanjutin novelnya!!

    ReplyDelete
  8. terkadang dalam mengedit cerpen pun, aku selalu butuh waktu lebih ekstra daripada waktu untuk bikin cerpen itu sendiri :3

    ReplyDelete
  9. Yang penting novelnya harus benar-benar jadi, kak. Aku penasaran ingin baca karyamu :)

    ReplyDelete
  10. Berkali2 ide novel muter2 di pikiran saya. Berkali2 jari saya udah mencet2 keyboard sampe menghasilkan beberapa halaman, bahkan beberapa bab. Tapi.... berkali2 pula saya harus stuck, lalu stop! Buntu!!! Aaarrrgghhh... menyebalkan banget kalo udah kayak gitu!!! >.<

    ReplyDelete
  11. Terpacu untuk lebih giat lagi, thanks Alv

    ReplyDelete