Sebelum Menulis Novel: Outline

by 6:22 AM 24 komentar
Saya cuma seorang pemula yang belum terlalu banyak tahu soal menulis. Saya belajar dari pengalaman-pengalaman. Jadi, nggak ada salahnya kan berbagi pengalaman soal tulis menulis?


Jauh sebelum novel saya (Dilema) ditulis, saya selalu bertanya kepada penulis-penulis, "Gimana sih caranya bikin novel?" "Gimana supaya nggak buntu di tengah-tengah?" dan pertanyaan-pertanyaan serupa lainnya. Setelah mendapatkan semua jawaban itu, saya praktikan dalam novel ini, Dilema. Dan, sekarang, saya pengin berbagi jawaban-jawaban yang dulu pernah saya tanyakan kepada teman-teman...

1. Biodata Naskah
Biodata naskah ini berupa identitas tentang naskahmu ini. Judul, tagline, genre, daftar tokoh, setting, sinopsis lengkap, target deadline. Sebenarnya, judul dan tagline boleh dipikirkan ketika naskahmu sudah selesai. Tapi, buat saya pribadi, saya lebih suka menentukan judul+tagline terlebih dahulu. Seru aja mengumpulkan beragam macam judul, lalu menentukan mana yang paling saya suka. Tapi, jangan terlalu memprioritaskan judul+tagline. Biasanya, judul+tagline akan kamu dapat ketika di tengah-tengah menulis. Jangan stuck memilih judul+tagline. Yang penting adalah: bagaimana isi naskahmu ini. Ceritakan dengan lengkap.

*

2. List konfliknya!
Apa saja konfliknya, tuliskan. Baik itu konflik utama maupun sub-sub konflik yang jadi 'pemanas' cerita. Oh, tentukan pula "adegan kunci", seperti bagaimana tokoh-tokohmu menyelesaikan masalah mereka.

*

3. Biodata Tokoh


Siapa nama mereka, berapa umurnya, apa hobi mereka, apa kebiasaan mereka, bagaimana sifat mereka, bagaimana fisik mereka, apa peran mereka untuk konflik, apa hubungan mereka satu sama lain.

Sebelum menulis novel Dilema, saya beli satu buku tulis untuk kepentingan novel ini. Di halaman pertama, saya tuliskan biodata naskahnya, di halaman berikutnya saya tulis list konfliknya. Lalu, di halaman berikutnya lagi, saya tulis biodata tokoh. Satu tokoh utama, minimal satu halaman (kalau tokoh pendukung, ya setengah halaman cukup). Jadi sebanyak satu halaman, saya tulis sifat mereka. Hanya sifat! Karena bagaimana tokohmu menghadapi konflik mereka, itu bergantung pada sifat mereka. Baru di halaman selanjutnya, tuliskan fisik mereka dan peran mereka. Ingat, peran mereka itu penting banget. Jangan sampai kamu bikin banyak tokoh yang pada akhirnya malah mubazir. Tapi, nggak apa-apalah bikin tokoh figuran supaya meramaikan novelmu, kalau tokoh yang kamu buat terlalu sedikit. ;)

Apakah ini sudah selesai? Belum! Kamu harus mengenali tokoh-tokohmu dengan baik. Ini akan memudahkanmu untuk menciptakan chemistry antar tokoh. Bagaimana cara mengenal mereka dengan baik? Nah, ini pertanyaan yang sulit. Tapi, biasanya, saya butuh waktu lebih dari satu hari untuk kenal mereka. Biasanya, kalau lagi di dalam kamar mandi, kan kita ngelamun dulu tuh. Saya sering ngelamun tentang tokoh-tokoh saya, bagaimana mereka berinteraksi, bagaimana mereka menghadapi masalah mereka, dsb. Secara nggak langsung, ini bikin saya kenal mereka lebih dekat.

Dengan mengenal tokohmu juga, kamu bisa memperlakukan mereka secara konsisten. Ya, tokohmu itu harus konsisten. Kalau tokoh-tokohmu itu sifatnya pendiam, nggak mungkin dong mereka bakal kenal seseorang dengan mudah? Nggak mungkin dong mereka bakal mudah mengucapkan 'I love you'? 

Contohnya, di novel Dilema (uhuk! seriusan, ini bukan promo! cuma kasih contoh, kok.) Di novel Dilema, ada tokoh yang namanya Estrella (my favorite!), dia ini tokoh yang pendiam, ramah, dan agak penakut untuk mengutarakan apa yang harus diutarakannya. Kalau kalian baca novel Dilema nanti, coba temukan, apakah ada bagian di mana Estrella akan 'meledak-ledak' dalam menghadapi masalahnya? Kalau pun ada, pasti ada satu alasan yang menyebabkan ia berbuat seperti itu. ;)

Jadi, kenali tokohmu baik-baik. Perlakukan mereka dengan konsisten.

*

4. Soundtrack
Ini optional, sih. Tapi, saya suka banget menentukan soundtrack untuk naskah saya. Biasanya, saya akan mengumpulkan beberapa lagu yang memiliki cerita tentang--well, karena Dilema menceritakan tentang persahabatan, jadi waktu itu saya memilih lagu yang temanya nyerempet-nyerempet sama persahabatan. Saya taruh dalam satu playlist.

Sudah selesai? Belum. Saya akan memilah lagu-lagu tersebut. Menyaring mana yang paling "naskah saya banget." Biasanya, saya hanya akan memilih 10-12 lagu--supaya kayak soundtrack betulan gitu, hehe. Setelah itu, saya mengurutkan. Mana yang harus diletakkan di track pertama. Mana yang cocok jadi track kedua. Mana track yang pantas jadi penutup naskah ini. Seru aja menentukan secara urut gitu, jadi soundtrack kamu bakal runtut berdasarkan alur cerita. :D

Mungkin, kamu bertanya-tanya, apa sih gunanya bikin soundtrack? Oke, jadi setiap kali kita menulis naskah, kita nggak hanya harus menulis dengan kata-kata, tapi juga dengan hati. Dengan menentukan soundtrack, saya jadi bisa lebih 'merasakan' cerita saya. Feelnya lebih dapat. Menciptakan chemistry antar tokoh jadi juga cukup terbantu. Dan, ketika saya lagi malas nulis, saya putar aja soundtrack naskah saya, pasti pengen cepet-cepet nulis lagi. :D

Nanti kapan-kapan saya share di sini unofficial soundtrack-nya Dilema! :D

*

5. Kerangka Cerita
Ini yang paling sulit, tapi paling seru! Supaya kamu nggak buntu di tengah-tengah cerita, tentukan cerita-cerita kecil dari awal. Apa saja point-point adegan di bab 1, bab 2, bab 3, sampai selesai. Ya, sampai selesai. Dengan begini, nggak ada lagi alasan, "Aku buntu nih... bingung gimana mau ngelanjutin." Kalau boleh saya kasih saran, lebih baik tulis kerangka cerita ini dalam satu hari--biasanya, semalam selesai kok. Karena ketika kamu menuliskan kerangka cerita ini, bakal banyak ide-ide yang berkelabat di otakmu. Jadi segera tulis, sebelum lupa, sebelum feelnya hilang.

Bikin kerangka cerita juga bikin naskahmu lebih terarah, jadi ceritamu nggak menjalar ke mana-mana. Mungkin kamu merasa terlalu terkekang nantinya karena harus mengikuti "peta" yang sudah kamu bikin. Nggak, kok. Nggak perlu merasa terkekang. Tetaplah menulis dengan bebas seolah-olah kamu tidak pernah tahu bagaimana kelanjutan ceritamu, seolah-olah kamu belum pernah menulis kerangka ceritamu. Tapi, ketika kamu nyaris tersesat pada adegan yang nggak penting, lihat ulang kerangka ceritamu. Apakah kamu sudah berjalan terlalu jauh? ;)

*

6. Perbaiki ulang kerangka ceritamu
Saya pribadi sih, selalu nggak berhasil menulis kerangka cerita dalam sekali. Biasanya saya harus revisi berkali-kali lagi kerangka cerita yang sudah saya buat, sampai benar-benar fix, sampai benar-benar siap dituliskan.

Ada empat hal yang selalu saya lihat ketika membaca ulang kerangka cerita saya:
- Logis apa nggak
Err, bingung menjelaskan ini. Logis apa nggaknya cerita ini masuk ke kekonsistenan tokohmu. Apakah hal yang tokohmu lakukan sudah benar? Apakah masuk akal di kehidupan nyata? Contohnya ketidaklogisan cerita adalah kayak, baru pertama kali ketemu, tahu-tahu langsung nembak. Nggak ada rasa malu, ya, emangnya? Hehe.

- Terlalu banyak kebetulan
Biasanya, hal ini terjadi kalau tokohmu belum saling kenal, tapi pernah ketemu di suatu tempat. Lalu, besoknya, ketemu di tempat A, lusanya ketemu lagi di tempat B, terus ketemu lagi di tempat C.

Pernah baca Unforgettable karya Winna Efendi? Winna menuliskan dua tokoh yang belum saling kenal, tapi selalu bertemu setiap harinya, di tempat yang sama. Sekali lagi, di tempat yang sama. Tentunya, ini bukan sebuah kebetulan, karena ada sebuah 'pola'. Mereka tidak saling kenal, tapi selalu bertemu di tempat yang sama... kalian pasti pernah lah ketemu seseorang di tempat yang sama, tapi kamu belum tahu siapa namanya. :))

Tapi, kalau mau bikin adegan yang kebetulan itu nggak apa-apa, kok. Asal jangan kebanyakan. Dan, sebaiknya kasih alasan mengapa bisa begini, mengapa mereka bisa ketemu... sekecil apa pun alasannya. 

- Alur yang melompat terlalu jauh/bolong
Saya sering revisi kerangka cerita karena hal ini. Kadang, saya merasa, kok lompat banget, ya? Jadilah, saya perlu menembel lagi, supaya alurnya terasa lebih natural.

- Apakah adegan-adegan tersebut sudah penting
Nah, ini--kadang saya merasa kesulitan di sini. Pastikan semua adegan yang sudah kamu ciptakan pada kerangka cerita itu sudah 'penting'. Maksud 'penting' di sini adalah, apakah adegan-adegan tersebut punya manfaat buat konfliknya nanti? Bukan berarti kamu harus to the point ke konflik. Berjalanlah dengan perlahan, tapi 'menjurus'. Contohnya... umm, pernah baca novel Perahu Kertas karya Dee? Kalau belum, ini agak SPOILER, ya. Di awal cerita, Kugy ada di Jakarta dan Keenan di Belanda. Tapi, Dee udah menunjukkan gejala-gejala bahwa mereka nantinya akan bertemu di Bandung. Jadi, si Keenan yang akan pulang ke Indonesia--untuk kuliah di Bandung. Lalu, Kugy yang ditelepon Noni untuk menyiapkan segalanya untuk kuliah di Bandung. Sama sekali nggak melambatkan cerita, juga pertemuan tokoh-tokoh tersebut.

Terus juga ada cerita di mana Eko, Noni, Kugy, Keenan sering nonton bareng--atau Keenan yang seringkali bertemu dengan Kugy untuk bahas masalah menulis dan menggambar. Hal ini mungkin terkesan nggak begitu berpengaruh sama konflik utama. Tapi, hal ini tetap penting karena adegan ini menguatkan chemistry antar Keenan dan Kugy, sampai akhirnya mereka saling suka. Ujung-ujungnya, hal ini membawa tokoh-tokoh tersebut ke konflik utama. :D

Jadi, buatlah tokohmu sering berinteraksi, supaya chemistry mereka kuat. Chemistry yang kuat, bakal mengaduk-ngaduk perasaan pembaca ketika membaca konflikmu nanti. :)

Lalu bagaimana dengan adegan yang sinetronism? Novel bukanlah sesuatu yang bisa kamu tonton. 'Semurah' apa pun adegan yang kamu buat, yang terpenting adalah logis. Ketika membaca sebuah novel, saya sih nggak pernah nge-judge, wah kok sinetron banget, ya.

Intinya, novel adalah soal bagaimana kamu menceritakan sebuah adegan.

*

7. Riset
Riset diperlukan kalau kamu menulis novel yang agak berbobot. Contoh paling umum adalah ketika kamu ingin nulis novel berlatar luar negeri, kamu harus mengumpulkan segala data valid supaya kamu bisa menuliskan setting negara tersebut dengan baik. Di novel Dilema, saya cuma riset kecil-kecilan. Seperti dari sini ke sana, jalurnya bagaimana. Cuma itu aja.

Oh, kalau kamu mau nulis novel yang berbasis tentang kue-kue, seperti Sweet Nothings karya Sefryana Khairil atau arsitektur seperti novel Memori karya Windry Ramadhina--itu juga butuh riset. Coba deh baca kedua novel tersebut. ;)

*

8. Percaya
Ya, percayalah dengan kerangka yang sudah kamu revisi berulang kali. Pastilah nantinya ada dua-tiga adegan yang kamu rasa jelek dan kamu nggak suka. Kamu berusaha revisi, tapi hasilnya mentok. Pada akhirnya, nggak ada karya yang sempurna. Semua karya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dan... sejatinya, nggak ada karya yang bagus. Yang ada hanya yang disukai dan tidak disukai.

Semua bergantung pada selera pembaca. ;)

*

9. Tutup browsermu, disconnect modem, mulailah menulis!

*


Inilah tampilan Dilema sebelum terbit. Buku tulis itu saya pakai untuk nulis outline. Dan, ya, judul awalnya Dilema itu Our Home.


Semoga bermanfaat, ya, tipsnya. Dan, jangan pernah takut untuk memulai. :)


Catch me on Twitter @AlviSyhrn

Alvi Syahrin

Developer

A dream-oriented person since 1992. Telah menerbitkan dua novel: Dilema; Tiga Cerita untuk Satu Rasa dan Swiss; Little Snow in Zurich. Tak lama lagi, novel ketiganya, yang berjudul "I Love You; I Just Can't Tell You" akan terbit. Saat ini, selain merampungkan novel keempat, dia juga sedang mempersiapkan proyek-proyek untuk masa depan. Dan, satu hal yang selalu dia genggam erat dalam hidup ini: Akan ada sesuatu yang lebih baik dari sebuah kegagalan. Allah selalu tahu mana yang terbaik. Lagi pula, hidup tak melulu di dunia. Kau bisa menyapanya lewat Twitter, Instagram, dan ask.fm: AlviSyhrn.

24 comments:

  1. masalahnya aku nulis cuma satu, waktuuuu~

    ReplyDelete
  2. Kalau itu sih tergantung kamunya. Kalau kamu bener-bener niat, sesibuk apa pun kamu, pasti dapat waktu untuk nulis. Aku waktu nulis novel Dilema, aku lagi PKL, terus tugas kuliah lagi banyak-banyaknya, adek lagi masuk rumah sakit... kembali ke niat awal, kalo bener-bener niat, pasti jadi. :)

    ReplyDelete
  3. wow! emang bener ya dibalik sebuah karya itu menyimpan banyak perjuangan hehehe
    keren! makasiya udah berbagi tips, guna banget pasti buat yang mau jadi perintis kayak Alvi juga :)

    ReplyDelete
  4. iyaaa :'( aku udah ngelakuin itu semua tapi akhirnya mentok di riset, teknologi yang aku cari ga adaaaa huhuhu.. sedihnyaaa :(

    btw artikelnya kereeen! ^^ hehehe makasiiii

    ReplyDelete
  5. wow! tipsnya bermanfaat banget!. Kalau kendala saya adalah...ketidakpercayaan diri saya mengeksplore suatu cerita. kadang-kadang mentok gitu aja dan ga tau lagi apa yang harus di tulis -_-

    ReplyDelete
  6. anw, Dilema sontreknya apa aja? :P

    ReplyDelete
  7. novelnya bagus..... http://immanuels-notes.blogspot.com/2012/08/dilema-antara-persahabatan-dan-cinta.html

    ReplyDelete
  8. wah, jujur, bermanfaat banget ini...... yah, meskipun blm ada niat bikin novel. hehe. thanks!

    ReplyDelete
  9. Baca dulu ya, kak :)
    Semoga bisa dapet pencerahan dari sini dan bikin aku makin bersemangat buat nerusin novel yang ga jadi jadi.

    ReplyDelete
  10. artikel yang sangat bagus, sukses ya novelnya! :)

    ReplyDelete
  11. Artikel yang sangat bermanfaat bangett kak..good luck y (^.^)

    ReplyDelete
  12. Alviiii makasih udah sharing yaaa :) membantu bangeeeet!

    ReplyDelete
  13. alvi, barusan aku beli novelmu yang terpampang paling depan di rak gramedia. Dan gimana cara menjiwai peran lawan jenis? kamu kan cowok gimana caranya bisa nulis ampe detail yang bau2 cewek ya. Dan novel anda berhasil membuat saya kangen sama sahabat2 saya.Keren. :)

    ReplyDelete
  14. Wah, menarik untuk dipelajari. Terima kasih inspirasinya. Semoga bisa mengimplementasikannya dalam tulisan... :)

    ReplyDelete
  15. @Nadia Makasih ya sudah dibeli dan dibaca. :) Gimana cara menjiwai peran lawan jenis? Seperti yang aku tulis di atas, tuliskan biodata tokoh-tokohmu, kenali mereka baik-baik, sering-sering ngelamun tentang mereka. :)

    ReplyDelete
  16. Kak, aku cuma mau minta pendapat aja..
    Bener ga sih, permainan bahasa yang indah dan puitis dalam cerita itu menentukan jumlah pembaca?
    Soalnya, aku suka ga pedean sendiri liat cerpen atau naskah novelku (yang selalu setengah jadi, mentok tengah jalan)punya gaya bahasa yang flat. ga ilmiah, ga bersajak dan berima indah.. Hm,, bisa minta pendapatnya Kak Alvi,kan?
    Terimakasih sebelumnya..

    ReplyDelete
  17. Mengunjungi blog yang bagus dan penuh dengan informasi menarik tentang sebelum menulis novel (outline) adalah merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kami... teruslah berbagi informasi

    ReplyDelete
  18. aku udah sering banget baca, atau bertanya langsung ke teman menulis, tips dan trik menulis itu bagaimana. Tapi setelah aku kaji, ternyata hanya satu pertanyaan yang belum solved. Bagaimana mendapatkan konsistensi dalam menulis? Semoga kak Alvi berkenan menjawab ya..biar aku bisa cepat nyusul hehe

    ReplyDelete
  19. Terima kasih. Mungkin sedikit dariku, hal penting lainnya selain mempersiapkan outline, adalah cara menguatkan dan menonjolkan karakter menulis saat penulisan novel. Aku suka postingan ini :)

    ReplyDelete
  20. thx alfi buat berbagi pengalamannya.. I'be try.. btw sedikit sharing aku udah buat satu novel dan lagi aku ikutin ke lomba amore :) coba-coba mudah2an berhasil ya..

    ReplyDelete
  21. makasih ya tips n triknya. Aku masih bingung kalo lagi ngelamunin tokoh''nya dan bagian risetnya bingung .

    ReplyDelete
  22. Mau tanya nih, alvi. naskah novel 'dilema' ada berapa halaman? pake font, dan spasi berapa? thx atas infonya.

    ReplyDelete
  23. waaah... detail bgt ka Avi, makasih ka buat sarannya.. :-)

    ReplyDelete
  24. Wahh... dibalik penulisan novel itu ternyata menyimpan berjuta kesabaran, keseriusan dan kedisiplinan ya.. super! Pasti capek banget tulis kerangka. Udah coba tulis sifat salah satu tokoh, belum selembar udah capek. Perlu dicek lagi ya niatnya.

    ReplyDelete