Stay

by 3:00 AM 8 komentar

Hari pertama bulan Januari. Musim dingin seharusnya berada pada puncaknya. Namun, tak ada awan, tak ada angin, tak ada kepingan salju berjatuhan.

Alih-alih, langit malah melukis sebuah aurora: ukiran warna hijau bak intan meliuk seperti asap dan sihir, berpadu dengan langit malam yang kelam, enam atau tujuh bintang menempel di sana seperti kancing yang mengkilap.

Sepasang kakak-beradik melihatnya.

Seperti, dua orang sahabat.

Duduk di kursi kayu pada beranda rumah mereka.

"Why are you leaving?" Gadis itu bertanya; suaranya lirih dan sedikit gemetar: pasti ada air mata yang tersembunyi di sana.

"I will come back. I promise. I have promised, right?" Sang kakak laki-laki sudah mengatakan ini ribuan kali.

Dan, adiknya sudah mendengarnya ribuan kali pula. Dia tidak bisa menerima kenyataan ini. Keluarga yang hancur, tidak punya teman baik, dan sekarang akan menjadi "tidak ada kakak".

"You, liar," gumamnya, tidak sekali pun menatap kedua mata kakaknya sejak mereka di sini.

Lalu, gadis itu teringat suara itu, diucapkan oleh sang kakak saat mereka bermain sembunyi-sembunyian, usia mereka tujuh dan sembilan saat itu, sepuluh tahun lalu.

"Friends come and go but brothers stay: I do," bisik sang kakak dalam persembunyian terbaik mereka, dan gadis itu menyimpan kata-kata itu seumur hidupnya.

Namun, yang ia lihat sekarang adalah kakaknya yang mengenakan jas dan membawa sebuah koper besar. Seluruh bajunya—kemeja tua, jas keren, kaos berwarna gelap, jeans belel, buku favorit—semua itu ada di dalam sana, ia tahu itu.

Kakaknya benar-benar akan pergi.

"You said you'll stay." Sekarang, ia tidak dapat menahan air matanya. Maka, ia melepaskannya: setetes itu meluncur di wajahnya. There it is, my tears, full of angy and upset to see you go.

Akan tetapi, sang kakak tertawa. "I thought you forgot."

Tetapi, tidak. Ia tidak lupa. "You know, how I believe your words that you will stay with me. You know that our father and mother are busy with their new own family. You know how hard for me to make friends, too much pressures, too much betrayals, you know my story very well. You're the only one I have, and now you turn out to be a liar, and voila, you go, I'm compeletly alone. Fine."
Sang kakak kehilangan kata-kata.
"And you know what. Friends come and go but brothers lies."
Gadis itu ingin menambahkan, "You don't stay," tapi ia terlalu marah, suaranya terlalu bergetar, dan air mata membuatnya semakin sulit.
Sang kakak terdiam beberapa saat. Angin berembus pelan seperti bisikan, satu keping salju jatuh dari langit.

Sang kakak menarik napas panjang, dan, "You know what's the meaning of 'stay'?"

Tak ada jawaban.
"Stay means... you're going, you're driving away, you're travelling, you're moving, but one thing you never forget: you come back."
Gadis itu mendesah. "You always make your own theory. Stay is stay."
"That's stuck, sister." Sang kakak, kemudian, mengelus rambut keriting milik adiknya, dengan tangan kanannya. Lalu, ia letakkan tangan kanan itu pada pundak adiknya, melingkarkan kedua lengannya untuk sang adik.
"I'll be going home," bisik sang kakak, "one of the reason I'm going is I want to hear you saying I miss you for me."
Gadis itu, tiba-tiba, mendorong kakaknya. "Ew. Ew. I won't!"

Sang kakak tertawa dan dia mendapati wajah adiknya masih penuh oleh air mata.

Tetapi, ada sebuah senyuman. Tepat di sana selama dua detik. Melengkung seperti bulan sabit.
"Well, I think this is the time." Sang kakak melihat ke arah arlojinya, lalu berdiri, siap menarik koper itu.
Gadis itu ikut berdiri.
Sang kakak mulai berjalan tanpa mengatakan selamat tinggal, tapi dengan sebuah senyuman dan janji.

Gadis itu memperhatikan setiap langkah.

Sang kakak meninggalkan beranda.

Gadis itu mengusap air matanya dan berteriak dengan senyuman dan tawa, "I hate you!"

Sang kakak berhenti, berbalik, tersenyum. "I hate you too!" 
Gadis itu juga tersenyum.

Karena ia tahu: jika kakaknya berbalik lagi, kakaknya akan kembali membuat teori baru, bertanya seperti, "You know what's the meaning of 'hate'?"

"For brothers and sisters, it's love." Kali ini, gadis itu yang menjawab, dalam sebuah bisikan, sementara kepingan salju kedua meluruh.

***

Akhirnya, setelah sekian lama, saya menulis cerpen lagi. Awalnya cerpen ini saya tulis dalam bahasa Inggris karena, entah kenapa, agak kesulitan menulis sedikit-sedikit begini dalam bahasa Indonesia. Jadi, untuk memudahkan, saya pakai bahasa Inggris dulu (klik sini untuk baca versi inggris), lalu saya terjemahkan (sekalian belajar menerjemahkan juga, sih). Akan tetapi, saya tidak menerjemahkan dialognya, karena, jujur, saya sendiri kesulitan bagaimana caranya supaya terdengar 'sehalus' bahasa Inggris. Tapi, yah, bahasa Inggris yang saya gunakan juga sederhana, jadi mudah-mudahan mudah dipahami.

Jadi, bagaimana menurutmu? It's always been nice to read your comment. :)

--Alvi Syahrin--

Alvi Syahrin

Developer

A dream-oriented person since 1992. Telah menerbitkan dua novel: Dilema; Tiga Cerita untuk Satu Rasa dan Swiss; Little Snow in Zurich. Tak lama lagi, novel ketiganya, yang berjudul "I Love You; I Just Can't Tell You" akan terbit. Saat ini, selain merampungkan novel keempat, dia juga sedang mempersiapkan proyek-proyek untuk masa depan. Dan, satu hal yang selalu dia genggam erat dalam hidup ini: Akan ada sesuatu yang lebih baik dari sebuah kegagalan. Allah selalu tahu mana yang terbaik. Lagi pula, hidup tak melulu di dunia. Kau bisa menyapanya lewat Twitter, Instagram, dan ask.fm: AlviSyhrn.

8 comments:

  1. Habis baca cerpen ini, saya jadi membayangkan kehidupan si gadis setelah ditinggal kakaknya hehehe. Cerpen yang menarik, tulis lebih banyak lagi kak. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Dinarjati, sudah mampir dan baca. :)

      Delete
  2. Bahasanya enak dibaca, saya bakal lebih senang kalau dialognya ikut :D
    Tapi gak mengubah pemikiran saya kalau saya suka cerita ini, tulis lagi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Rana, sudah membaca. Siap, insya Allah, akan menulis lagi.

      Delete
  3. Haha, baca cerpen ini jadi menambah 2 kosakata bahasa Inggris baru >< Maklum, masih sangat awam bahasa Inggris Kak :)

    Uuuuh, bagaimana kehidupan adik setelah ditinggal sang Kakak? Kayaknya dibuat novel seru hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya, ini ada versi inggris-nya. Sudah kupost juga. :D

      Delete
  4. Sweet story~ yang versi english justru lebih ngena :)

    ReplyDelete
  5. Bahasa yg mudah dipahami dan saya suka dialog antar tokoh :D

    ReplyDelete